Big Reflection - Beginning of New Season
I think I have done enough in 2022. I should come to my new season soon.
Tahun-tahun setelah menyelesaikan studi, kepalaku dipenuhi oleh daftar-daftar pengalaman yang ingin kurasakan dan pertanyaan-pertanyaan yang ingin bisa kujawab. Gairahku seperti orang yang telah lama terdampar di pulau kecil -tanpa nama yang bahkan tidak dapat ditemukan di dalam peta-, dan kemudian kembali ke peradaban. Aku haus dan lapar.
2019, 2020, 2021, 2022.
Wow perjalanan yang cukup lama ternyata, hingga seharusnya aku sudah hampir lulus program PhD-ku jika aku melanjutkan studi (sempat ingin, tapi diurungkan). Meski telah menghabiskan waktu yang (ternyata) lama ini, namun tidak membuatku merasa cukup mendapatkan banyak pengalaman dan ilmu (jika dibandingkan dengan durasi waktunya). Tapi bagaimanapun aku merasakan ada progres yang cukup signifikan dalam pribadi dan pemikiranku jika membandingkan aku empat tahun lalu. Aku merasa good enough dan cukup nyaman dengan aku hari ini. Aku adalah Lana yang baru. Jika hidupku adalah sebuah series film, maka tahun 2019 sampai 2022 ini merupakan season ke-empat hidupku.
Hate to say this, but I think this path should stop here. My progress should be expanded more. And I am ready for my new season. But before that, I want to make a reflection on myself in this season, about what I have been through and what I got.
(1) Tentang Pekerjaan
Aku merasa lucu ketika mengingat aku di tahun 2019 begitu menggebu-gebu berburu berbagai pekerjaan yang nampak challenging buat aku, demi mengeksplorasi dan menemukan yang kata orang adalah "passion". Mimpi tentang mampu berkomitmen dengan satu jenis pekerjaan seumur hidup dan menjalaninya dengan menyenangkan (dan bayaran mahal) akhirnya tergeser dengan realitas, mana pekerjaan yang mampu membayarku, tidak membuang banyak energiku, lokasi yang mudah dijangkau dari kampung halamanku, tidak bertentangan dengan nilai moralku, dan (better if) membuatku berkontribusi pada isu-isu yang aku anggap penting.
Sejak awal 2019, aku sempat berprofesi sebagai pekerja lapangan, pengorganisasi event, tenaga laboratorium, orang di balik menyebalkannya suatu panggilan yang tiba-tiba menghubungi untuk menawarkan produk dan jasa, orang yang dari pintu ke pintu menawarkan produk tekstil dengan keunggulan murah -yang hanya akan memenuhi lemarinya dan berakhir sebagai limbah dalam beberapa bulan saja-, serta manusia yang berdiri di depan kelas dan banyak mengoceh (mungkin tidak jelas dan membuat pusing) dengan spidol di tangannya. Menjalani berbagai pekerjaan yang relatif berbeda dari satu waktu ke waktu, membuatku terekspos dengan berbagai macam jenis manusia dan profesi lain. Aku sangat malu mengakui bahwa aku sempat memiliki pandangan tentang mana pekerjaan yang lebih baik dan mana lebih buruk, mana yang lebih mulia dan rendahan, atau mana pekerjaan yang lebih bermanfaat dan mana yang enggak. Pada akhirnya aku sadar bahwa : "Menjadi tukang sampah tidak membuatmu lebih kotor. Menjadi seorang peneliti tidak membuatmu lebih pintar. Menjadi seorang guru tidak membuatmu lebih benar. And at this point, I can say that no work is more noble than another."
(2) Tentang Berpikir
Momen awal munculnya covid begitu membingungkan bagi kita, tiba-tiba banyak aktivitas harus terhenti dan mobilitas dibatasi. Terlepas dari banyaknya kesulitan yang kita alami saat pandemi, kehilangan yang kita rasakan, dan kebebasan yang banyak terenggut, pada akhirnya aku mensyukuri satu hal yang cukup mampu mengubah bagaimana aku melihat dunia. Sebelumnya aku ingin minta maaf kepada pihak-pihak yang mungkin banyak mengalami kehilangan dan kerugian akibat pandemi. Tidak bermaksud bersyukur atas rasa duka tersebut. Namun bisa kukatakan justru aku mendapatkan cukup banyak keuntungan selama pandemi terjadi (meski aku mengalami kesulitan dan kehilangan pekerjaan juga di awal). Aku mendapatkan privilege untuk bisa terpapar dan bertemu dengan orang-orang yang (besar kemungkinan) tidak bisa aku jangkau jika tidak ada -perubahan gaya hidup selama- pandemi. Bergabung dalam komunitas online, mengikuti mini bootcamp, diskusi dan online meeting secara rutin, serta dimentori langsung oleh orang-orang yang (luar biasa) cakap. Ide-ide mereka, diskusi-diskusi yang kami lakukan, pada akhirnya kegiatan-kegiatan ini banyak meng-counter ide, nilai, dan pemikiran-pemikiranku terdahulu.
"Change the framework, then you change the behavior." -Sabda P.S.
Demikian mungkin kalimat yang tepat untuk menggambarkan keadaanku. Aku mungkin tidak membuat progres dalam hal karir maupun finansial selama kurang lebih dua tahun, namun jelas aku sangat berprogres dalam hal berpikir, cara melihat dunia, dan akhirnya cara bersikap. Framework-framework baru yang aku dapatkan dari komunitas, pada akhirnya mampu menjawab banyak pertanyaan yang dulu berjejalan tidak beraturan di kepalaku. Mungkin sebagian juga belum terjawab, namun setidaknya menjadi tersimpan lebih rapi.
**
Barangkali ada yang penasaran, pertanyaan-pertanyaan seperti apa sih yang mengganggu pikiranku. Sebenarnya pertanyaan-pertanyaanku pun cukup berantakan saat itu -pertanyaan-pertanyaan impulsif tiap membaca berita, thread orang di twitter, atau sekadar postingan marah-marah dan debat antar netizen internet-. Pertanyaan yang aku ingat cukup jelas tanyakan saat itu adalah tentang apa itu sebenarnya berpikir kritis (karena pada waktu itu, orang-orang selalu menyinggungnya sebagai skill yang penting dimiliki), bagaimana pendidikan bisa penting, apa yang membuat seseorang bisa cerdas atau bodoh, bagaimana mengambil keputusan dan sikap yang benar, dan lain-lain. -Mungkin lain kali aku akan membuat tulisan khusus untuk membahas ini-.
**
(3) Menjadi Dewasa
“Yesterday I was clever, so I wanted to change the world. Today I am wise, so I am changing myself."―
(4) Tentang Hubungan Romantis
-Tidak cukup seru sebenarnya untuk diceritakan.-
Secara ringkas, aku memulai awal season dengan patah hati, kemudian berusaha move on dengan fokus pada diri sendiri. Membuat memori-memori baru dengan berpindah hidup dekat ibu kota negara. Sempat pesimis dan takut terhadap sebuah konsep pernikahan. Tidak terpikirkan untuk menjalin hubungan romansa. Hingga aku pikir sepertinya hatiku sudah mati rasa.
Sejujurnya, dalam beberapa tahun terakhir aku memang tidak punya ketertarikan untuk menjalin hubungan dengan siapapun. Dan lebih dari itu, aku tidak siap. Seperti kataku di awal, aku haus dan lapar untuk mendapat pengalaman dan jawaban atas rasa penasaranku. Mungkin benar kata salah seorang temanku saat itu, "Sepertinya kamu terlalu mencintai dirimu sendiri". Dan lebih dari itu, aku tidak punya cukup energi untuk memikirkan orang lain.
Tapi, tunggu! Tidakkah aku berhenti terlalu lama?
Perjalanan singkat ini nyatanya cukup panjang. Hingga aku tidak menyadari bahwa waktu telah berlalu selama empat tahun dan aku makin tua serta tidak punya teman. Kupikir seharusnya ini saatnya untuk membangun kembali kisah kasih romansa dengan orang yang berbeda.
Titik balik keinginan adalah ketika akhirnya aku menyadari bahwa orang-orang terdekatku sudah mulai memiliki kehidupan personal hingga pernikahan. Waktu luang mereka bukan lagi untukku, dan waktu luangku tidak bisa lagi kuhabiskan bersama mereka. Aku butuh seseorang yang bisa menginvestasikan waktunya untukku, begitu pula sebaliknya. Lebih sederhananya, kalo kata Keane mungkin "I'm getting older and I need someone to rely on".
**
Sudah, sekian poin-poin refleksiku empat tahun terakhir ini.
Di titik ini, aku akan bangga mengatakan bahwa "AKU TELAH SELESAI DENGAN DIRIKU". Bukan untuk membuatku berhenti belajar, namun hampir semua hal sudah cukup clear bagiku.
So excited sekaligus degdegan bahwa aku akan memulai season baruku dengan romantic stuff, dimulai dengan mencari pasangan yang pas untukku. Mulai berinvestasi pada orang yang punya potensi untuk itu. Namanya berinvestasi, aku tidak ingin dapat investasi bodong dooong, jadi aku harus cukup cerdas dan terampil menilai orang. -Sepertinya hasil belajar mikir dalam season kemarin akan menjadi bekal utamaku.-Meskipun tidak ada manusia sempurna dan tidak akan ada manusia impian seperti yang aku idamkan, namun sebagai sebuah manifesting, aku tetap ingin memiliki standar atau kriteria impian. Seseorang yang aku tahu (di internet), mendapatkan pasangan yang menceklis 99 dari 100 daftar, sedangkan seorang lainnya memiliki semua dari 18 daftar. Jadi kenapa aku harus pesimis sebelum memulai, ya kan? ((Here mine : Partner Stuff))
Uuuww, season ke-lima-ku baru akan dimulai. Wish me luck!
I'll update you on my last season <3
Komentar
Posting Komentar