The Art of Kepo
Dalam bersosial media, kita dapat dengan mudah mengakses banyak informasi tentang orang lain. Siapa namanya, dimana rumahnya, apa pekerjaannya, bahkan dengan siapa dia menjalin hubungan. Misalkan saja pada instagram, kita tinggal buka saja profilnya, lihat jenis-jenis postingannya, captionnya, dan kita bisa melihat teman-temannya dengan mengecek siapa yang menandai fotonya, maupun siapa yang berada dalam satu frame dengannya.
Aku pun sering melakukan ini, bukan semata-mata bermaksud stalking (meskipun kadang, iya juga sih). Namun awalnya lebih sering iseng saja. Misal ketika aku sedang menonton story seseorang, kemudian dia me-repost atau menandai akun temannya. Secara random dan intuitif, aku bisa saja meng-klik akun temannya dan melihat isi profilnya. Is it important? Tentu saja mayoritas jawaban akan berkata SANGAT TIDAK PENTING dan buang-buang waktu. Akupun berpikir demikian. Apalagi menyangkut kehidupan pribadi seseorang, yang bahkan tidak begitu kita kenal di dunia nyata. Nirfaedah.
Itu jawabanku beberapa bulan lalu. Namun jika ditanya hari ini, jawabanku adalah BISA JADI PENTING. Hahaha
Hingga hari ini aku menemukan sebuah kebermanfaatan dan privilege dari kegiatan (yang kupikir) nirfaedah di media sosial, yaitu stalking. Aku menjadi mengenal banyak orang-orang keren, inspiratif, sekaligus melihat cara pandang yang membuatku tidak henti-henti berdecak kagum. Bahkan karena aktif mengikuti media sosial mereka, aku mendapat akses lebih untuk belajar dibandingkan yang lain.
Aku menyebut kegiatan nirfaedah yang berujung durian runtuh ini sebagai "The Art of Kepo".

Sini deh, aku kenalkan mereka-mereka yang merupakan 'produk' dari kecakapanku dalam berkepo, orang-orang yang membuatku tidak pernah menyesal telah scrolling media sosial banyak-banyak.
1. Cania Citta Irlanie
Dia adalah seorang head content di Geolive. Orang-orang memanggilnya 'Mbak-mbak Geolive', karena sering eksis di channel youtube Geolive. Namun dia menyebut dirinya sebagai Scientific Culture Evangelist atau Penyebar Kebudayaan Saintifik. Jadi dia semacam 'Nabi'-nya kebudayaan saintifik gitu guys. Wkwk (semoga tidak ada yang tersinggung).
Cania juga membentuk sebuah komunitas perempuan bernama VELMA (jika kalian pecinta serial Scooby-Doo, pasti tidak asing dengan nama ini). Aku tergabung sebagai salah seorang member Velma, dan Cania adalah sebagai mentor kami. Dari komunitas itulah aku belajar banyak tentang framework-framework yang penting sebagai tools dalam berpikir, sekaligus berlatih berpikir saintifik secara konsisten. Salah satu produk belajarku di sana adalah apa-apa yang akan aku tulis di "Chapter III : Learn How to Think" di blog ini. Mungkin tidak sama persis. Beberapa aku elaborasikan dengan pemikiranku sendiri.
Kesan awalku tahu Cania, dia adalah orang yang berani karena sering melontarkan pernyataan-pernyataan kontroversial, satir, dan sok pintar (tapi disini aku tidak menyimpulkan kalau dia tidak pintar, ataupun pintar. Aku belum memiliki kesimpulan soal tingkat intelegensinya). Selebihnya, bagiku Cania biasa-biasa saja.
Namun sebuah privilege bagi Cania bahwa dia adalah pacar Sabda, seorang guru yang menjadi idolaku sejak tahun 2014. Aku masih saja penasaran, apa yang membuat Sabda mau memacari Cania? (Mungkin bisa disebut awal dari kecemburuan kali yaa. Hahaha). Karena kepo, akhirnya aku mengikuti konten-konten Cania, mulai dari instagram hingga video-videonya di youtube (hampir semua videonya aku tonton, termasuk video ketika nyanyi dan main piano). Video pertama yang membuatku merasa Cania keren adalah ketika dia membantah komentar-komentar benci netizen di video geolive dengan sangat elegan dan jenius, namun menohok (lihat videonya di sini).
Setelah banyak mengamati dan mempelajari cara pikirnya (versi SKSD : lebih mengenalnya), aku merasa justru cara berpikir Cania sangat sederhana dan konsisten, namun didasari oleh tool-tool berpikir yang rumit. Dasar, tapi sering diabaikan, tapi sering dianggap tidak penting. Dan tools inilah yang sedang kuperjuangkan untuk kupelajari.
Thanks to Cania yang sudah memberikan wadah bagiku untuk belajar, yang sebelumnya aku juga bingung harus kemana dan mulai dari mana.
2. Andhyta Firselly Utami
Here she is! My favorite stranger women!
Mbak AFU, demikian aku memanggilnya. Memanggil disini bukan berarti kami saling mengenal, atau aku pernah memanggilnya secara langsung yaa. Hanya sebatas panggilan pribadi saja ketika aku sedang menyebutnya dalam obrolanku dengan diriku sendiri, atau sekadar celetukan. (Oke, semoga jelas.)
Mbak Afu ini merupakan salah satu produk dari keisenganku dalam nge-klik username di IG stories orang. Stories dari user bernama @cittairlanie yang tengah memposting foto-foto tamu yang hadir dalam acara pernikahannya dengan guru favoritku (Yes, mereka adalah Cania dan Sabda). Keisengan yang berujung pada menemukan seorang idola baru. #eeaa
Mohon siap-siap untuk membayangkan betapa kerennya Mbak Afu ini. #Jengjeeeng!! (Btw, just information : ternyata Mbak Afu ini adalah orang Sunda, jadi mungkin akan lebih tepat memanggilnya Teteh kali yaa. Tapi lidahku sudah terlanjur enak ngomong "Mba-Afu", jadi gakpapa yaa. Semoga dimaafkan. Hehe)
Mbak Afu adalah seorang researcher dalam bidang ekonom-lingkungan di World Bank. -Menjadi alasan pertamaku mengikuti dia di instagram adalah karena dia kerap mempromosikan hal-hal mengenai lingkungan terutama climate change, dimana saat itu aku juga sedang mempunyai interest dalam hal itu-. Dia juga aktif sebagai fasilitator dan co-founder dari Think Policy Society, sebuah komunitas yang memfasilitasi orang-orang untuk belajar mengenai ilmu-ilmu yang berguna dalam pembuatan kebijakan publik. Sebagai alumnus S2 Harvard University dalam Public Policy, tentu saja tidak perlu diragukan lagi kapabilitas dari Mbak Afu. And If you know, aku pernah mengikuti webinar Think Policy beberapa kali, dan isi materinya jaauuuhhhh bangeeeet dari yang namanya kaleng-kaleng. Ibarat makanan, isinya daging semua. Bisa dimakan, enak, dan bermanfaat!!
Eeitss.. belum selesai pamer karyanya Mbak Afu (iya, mau pamer karya sendiri belum punya sih), dia juga mempunyai channel youtube yang tidak kalah keren bernama "Frame & Sentences", dan podcast "The Balcony", hasil kolaborasi epik bersama suaminya. ~Couple goal banget gak sih? Sebel, bikin iri! Wkwkk
Daaan.. Satu hal lagi, blog-nya Mbak Afu juga baguus banget. Blognya adalah salah satu inspirasiku dalam menulis blog ini. Membuatku semangat untuk konsisten menulis, agar blogku bisa sebagus dia (in my wish). Termasuk ide penggunaan menu "CHAPTERS" dalam blog ini, aku meniru darinya. Bahkan dua atau tiga judul Chapter-nya juga. Tapi tentu saja kualitas blog dan tulisanku jaaauh dari punya Mbak Afu. Hahaha, jadi tidak perlu repot-repot membandingkan yaa..
Duh, ini kenapa aku menyukai semuaa hal tentang Mbak Afu yaa!! Termasuk rumahnya, ruang kerjanya, koleksi bukunya, koleksi tanamannya, taste-nya. (Suaminya?? -Enggaak dong! I just love their way support each others)
Ooo, I love her!
Berbeda dengan Cania yang terasa "terlalu alien" bagiku (karena kecenderungan sifat alamiahnya yang super duper unik), Mbak Afu terasa lebih moderate -jadi lebih mungkin untuk 'ditiru'-. Meskipun aku tidak berharap bisa sekeren dia sih, tapi semoga setidaknya satu-dua-tiga jejaknya bisa aku ikuti.
Thank you Mbak Afu! You are an awesome women!!
3. Sabda Putra Subekti
Semoga bener begitu nama lengkapnya.
Beliau (cielah beliau!) adalah orang pertama yang membuatku bergumam gemas, "Gilaa, ini ni yang dari dulu aku cari!!" Adalah ketika aku yang sepanjang sekolah tidak pernah mengerti esensi dari matematika itu apa. Mentok hanya paham sedikit adalah bagian aljabar, yaitu buat menghitung soal cerita. Pernah aku bertanya ke guruku di sekolah mengenai esensi dari suatu materi matematika, namun sepertinya beliau tidak menangkap maksud pertanyaanku. Malah lebih sibuk menjelaskan step dalam mengerjakan soal. Kemudian damn at the moment, ketemu Sabda ini di usiaku yang sudah 18 tahun (cukup terlambat, tapi daripada tidak sama sekali).
"Kenapa aku gak ketemu dia dari dulu sih!".
Melalui rekaman video Sabda mengenai materi-materi matematika di sekolah, aku tahu esensi dari matematika itu apa. Meskipun masih abstrak (karena matematika ya memang abstrak), tapi setidaknya aku paham apa yang diinginkan matematika ini.
Berhubung aku anaknya gak suka menghafal, makanya aku sering cari-cari cara sendiri biar gak ribet menghafal. Salah satunya adalah dengan mengerti jalan pikiran subjek yang ingin aku pelajari. Tapi tidak semua bisa aku temukan. Contoh paling jelas adalah biologi. Dalam mindsetku, biologi adalah hafalan. Satu-satunya cara belajar biologi adalah menghafal. Makanya lulus SMA pun, aku gak ngerti biologi. Eh kebetulan dapat guru biologi tergokil, namanya Prasdianto (tutor Biologi di zenius)! Keren parah, aku jadi suka biologi! Satu satunya guru biologi yang menjelaskan metabolisme pake dengan kasih intro soal hukum kekekalan energi!
(Iya, ini sekalian promosi. Aku akan serela itu untuk mempromosikan zenius)
Sudahlah ini, terima kasihku ke Sabda mewakilkan terima kasihku untuk segenap tutor-tutor dan tim zenius yang aktif di tahun 2014 dulu : Sabda, Wisnu, Pras, Faishal, Glenn, Yoki, dan teman-teman yang lain. I am a number one fans of you all!
Kalau dipikir-pikir, aku tahu Cania dan Afu pun gara-gara Sabda ya ternyata. Haha
Btw, Sabda dan Cania juga punya podcast seru, berjudul "PodQuest" di Spotify, yang merekam obrolan random sampai pillow talk mereka. Pillow talk-nya gokil! Tetep berbobot, tapi santai!
---
Siapa tahu kalian berminat follow mereka di twitter dan instagram, untuk mengurangi penyesalan mainan sosial media terus-terusan :
- Cania : @cittairlanie
- Afu : @afutami
- Sabda : @sabdaps
- Velma : @velmadotme
- Think Policy : @thinkpolicy.id
Komentar
Posting Komentar